Harga acuan minyak mentah alami penurunan pada hari Senin ini, setelah pada sesi perdagangan sebelumnya alami kenaikan sebesar 3 persen. Harga minyak mentah sebelumnya alami kenaikan didukung oleh perkiraan akan pengetatan pasokan minyak mentah dan tanda-tanda akan meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika dan China.
Kontrak berjangka minyak mentah Amerika, West Texas Intermediate (WTI) berada pada level harga $55,06 per barel pada pukul 1:22 GMT, alami penurunan sebesar 20 sen atau 0,36 persen dari harga perdagangan sesi sebelumnya. WTI pada penutupan perdagangan sesi sebelumnya alami kenaikan sebesar 2,73 persen, dan merupakan harga tertinggi sejak 19 November tahun lalu.
Sedangkan kontrak berjangka minyak mentah internasional, Brent crude pada hari Senin ini alami penurunan sebesar 24 sen, menjadi $62,51 per barel, setelah pada sesi perdagangan sebelumnya alami kenaikan sebesar 3,14 persen yang merupakan level harga tertingginya sejak 21 November.
Pada minggu lalu, laporan menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan energi Amerika serikat lakukan pemangkasan jumlah sumur minyak mereka ke level terendahnya dalam delapan bulan. Perusahaan pengeboran minyak mentah Amerika berencana untuk lakukan pemotongan pengeluran terhadap sumur-sumur minyak baru mereka pada tahun ini.
Di tempat berbeda, tekanan pada produsen minyak mentah Venezuela yang dilanda krisis terus alami peningkatan setelah sangsi Amerika mulai berikan pengaruhnya.
Sangsi yang diberikan oleh Amerika akan membatasi transaksi minyak mentah antara Venezuela dan negara-negara lainnya, dimana kondisi tersebut mirip dengan yang berlaku di Iran. Kesimpulan tersebut di sampaikan oleh para ahli setelah mereka memperoleh informasi yang dipublikasikan oleh Departemen keuangan.
Disisi lain, suplai minyak mentah dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk periode Januari juga alami penurunan dalam jumlah besar, dan merupakan yang terbesar dalam dua tahun terakhir, walaupun penurunan produksi di Rusia masih cenderung lambat. Informasi tersebut di sampaikan oleh Reuters.
Produksi minyak mentah Rusia alami penurunan menjadi 11,38 juta barel per hari untuk periode Januari atau sekitar 35.000 barel per hari dibandingkan Oktober 2018. Kebijakan Rusia untuk mengurangi produksinya merupakan bagian dari kesepakatan Rusia dengan OPEC, namun dengan pengurangan sebesar itu dinilai masih belum memenuhi kesepakatan. Informasi tersebut disampaikan oleh Kementerian Energi pada Sabtu kemarin.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak sebelumnya telah mengatakan pengurangan produksi minyak mentah Rusia akan mencapai 50.000 bph untuk periode Oktober sampai dengan Januari.
Harapan akan mencairnya ketegangan antara Amerika dan China juga telah membantu meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia.
Terkait kemajuan progres negoisasi perdagangan antara Amerika dan China, berita terbaru mengatakan bahwa Presiden Amerika Donald Trump pada minggu lalu menyatakan bahwa ia akan lakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping, kemungkinan besar sebanyak dua kali dalam beberapa minggu mendatang guna mencari kesepakatan perdagangan yang komprehensif, walaupun Trump juga megakui bahwa hingga saat ini belum ada titik terang apakah kesepakatan tersebut dapat dicapai