Tahun baru, sentiem baru, arah pergerakan bursa saham ikut alami perubahan. Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 pada awal tahun ini terlihat mulai berada pada posisi bersiap-siap untuk alami “bullish”. Sebelumnya pada tahun 2018 indek acuan saham-saham Amerika terlihat alami penurunan, namun saat ini sentimen penurunan tersebut terlihat akan berganti menjadi sentimen kenaikan. Jika asset-asset beresiko (saham) dapat terus lanjutkan kenaikannya, maka awal tahun ini akan menjadi awal dari kenaikan yang berkelanjutan pada bursa saham.
Didukung oleh sentimen perundingan perdagangan antara Amerika dan China yang hingga saat ini terlihat berjalan mulus, bursa saham alami kenaikan. Perundingan perdagangan antara Amerika dan China menjadi sangat penting, karena jika di capai kesepakatan antara kedua negara, maka kekhawatiran akan adanya perlambatan ekonomi global akan sirna, dan FED juga akan dapat kembali menjalankan kebijakan kenaikan tingkat suku bunga agresifnya dengan tenang.
Sebelumnya pada periode akhir tahun 2018, kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi global akibat perseteruan antara Amerika dan China yang di kombinasi dengan kenaikan tingkat suku bunga FED telah membuat para investor menaruh kekhawatiran besar dan berakibat mereka mengurangi investasi pada asset beriko khususnya saham yang berujung pada penurunan indek acuan saham.
Namun dengan berjalan mulusnya perundingan antara kedua negara, maka kekhawatiran tersebut secara perlahan mulai sirna dan berujung pada kenaikan baik Dow maupun S&P 500.
Koreksi bursa saham, biasanya didefinisikan dengan adanya penurunan paling tidak sebesar 10 persen dari harga tertinggi terbaru. Sebagian besar analis teknikal percaya bahwa asset harus dapat alami kenaikan hingga membentuk tertinggi baru sebagai konfirmasi keluar dari fase koreksi. Kondisi tersebut juga berlaku sebaliknya saat penurunan terjadi. Sehingga bagi Dow Jones kenaikan sebesar 10 persen dari penurunan yang terjadi akan menjadi akhir dari fase penurunan.
Dengan demikian maka Dow Jones harus dapat ditutup diatas level harga 23.971,42 untuk menutup tren “bearish” dan jika kondisi tersebut terbentuk, maka tren pergerakan selanjutnya akan dapat terbentuk.
Sedangkan S&P 500 untuk alami kondisi serupa harus dapat ditutup diatas level harga 2.586,21.
Pada kenyataannya, sejauh ini Dow Jones telah alami kenaikan sebesar 9,57 persen dari level harga terendahnya yang terbentuk pada 24 Deseber. Sedangkan S&P 500 saat ini telah alami kenaikan sebesar 9,95 persen dari level penutupan terendahnya yang terjadi pada malam natal.
Untuk Nasdaq, dapat dikatakan fase penurunan indek acuan saham teknologi tersebut telah berakhir, karena indek tersebut telah berhasil alami kenaikan sebesar 12,3 persen dari penurunan yang terjadi pada malam Natal.
Kenaikan yang terjadi juga didukung oleh terjadinya kenaikan harga acuan inyak mentah. Komoditi minyak mentah juga termasuk dalam kelompok asset berisko seperti halnya saham. Sejauh ini harga acuan minyak mentah telah alami kenaikan sebesar 20 persen dari titik terendahnya yang terbentuk pada 24 Desember.
Baik saham maupun minyak mentah saat ini telah alami kenaikan dan mendekati indikator teknikal Moving Average 50 hari. Kondisi tersebut bagi sebagian besar analis teknikal dilihat sebagai usaha pasar untuk beralih dari tren pergerakan “bearish” menjadi “bullish”.
Berdasarkan data penelitian Bespoke Investment Group dalam laporan yang mereka sapaikan pada Rabu tadi malam dikatakan bahwa sejak era Perang Dunia II hanya ada sebanyak 12 penurunan yang membutuhkan persentase 15 persen sebagai konfirmasi perubahan arah pergerakan dengan rentang pergerakan tiga bulan yang segera diikuti oleh kenaikan sebesar 10 persen yang berlangsung dalam 10 hari perdagangan atau bahkan lebih sedikit.
Di luar kondisi-kondisi positip tersebut, yang perlu diwaspadai saat ini adalah penutupan sebagian pemerintahan Amerika yang telah memasuki hari ke-19 dan merupakan terpanjang kedua dalam 40 tahun.