Strategydesk – Minyak terkoreksi sejak kemarin, gagal kembali ke atas level $50 per barel menyusul laporan yang menunjukkan kenaikan cadangan di AS. Fokus kini tertuju ke data cadangan versi pemerintah AS.
Harga sempat melambung setelah Arab Saudi dan Rusia sepakat pemangkasan perlu berjalan sampai tahun depan, langkah penting menjelang pertemuan OPEC 25 Mei nanti. Menteri energi dari kedua negara mengatakan pemangkasan perlu diperpanjang untuk sembilan bulan lagi, sampai Maret 2018. Itu lebih panjang dari wacana enam bulan dan menunjukkan upaya untuk mengurangi pasokan global lebih sulit dari yang diperkirakan.
Tapi harga jatuh karena laporan dari American Petroluem Institute (API) yang menunjukkan cadangan naik 882.000 barel minggu lalu. Tekanan juga datang dari Internasional Energy Agency (IEA) yang mengatakan stok minyak komersial di negara maju naik 24,1 juta barel di kuartal pertama 2017, meski ada pemangkasan. Menambah tekanan, produksi minyak Laut Utara diperkirakan naik 400.000 barel per hari (bph) dalam dua tahun ke depan.
Pasar kini sedang menunggu data cadangan dari Energy Information Administration (EIA). Lembaga di bawah naungan Departemen Energi AS itu diperkirakan akan mengumumkan penurunan cadangan. Kesepakatan pemangkasan yang dijalankan produsen besar memang membantu harga, tapi stok tetap tinggi dan kenaikan output dari produsen lain termasuk AS, membuat harga tetap di bawah $60. Beberapa pengamat mengatakan produksi AS masih mengancam keseimbangan pasar kecuali pemangkasan diperbesar.
Pada jam 16:20 WIB, minyak jenis Light Sweet untuk pengiriman Juni naik 36 sen ke $48,86 per barel, setelah koreksi 0,3% kemarin. Harga sempat naik senin lalu namun gagal menembus resistance $50. Bila minggu ini level tersebut ditembus, ada peluang harga bergerak menuju $51-51,50.